Tantangan Perkembangan Ekonomi Syariah di Indonesia

Liputan6.com, Jakarta Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk Muslim terbanyak di dunia. Namun perkembangan ekonomi syariah di Indonesia belum terlalu mulus.

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Dody Budi Waluyo mengungkapkan bahwa Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan dalam mengembangkan ekonomi dan keuangan Islam. 

Salah satunya adalah peran Indonesia yang lebih banyak menjadi konsumen daripada produsen.

"Memburuknya posisi Indonesia di arena industri halal global. Indonesia lebih merupakan konsumen daripada produsen," kata dia dalam pembukaan forum 5th International Islamic Monetary Economics and Finance Conference (IIMEFC) 2019, sebagai rangkaian Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2019, di JCC Senayan, Jakarta, Selasa (12/11/2019).

Selain itu, optimalisasi sektor sosial yaitu Zakat' Infaq, Sadaqah dan Waqaf (ZISWAF) masih rendah untuk mendukung pembangunan.

"Terbatasnya peran sektor keuangan syariah dalam pembiayaan pembangunan, termasuk rendahnya kapasitas perbankan syariah," ujar dia.

Berkenaan dengan semua tantangan tersebut, Dody berharap konferensi ini dapat menjadi platform bagi para peneliti dari kalangan akademisi dan kebijakan, untuk menyediakan dan melakukan implementasi kebijakan yang lebih baik dengan mengumpulkan ide dan pemikiran dari semua peserta.

"Sejalan dengan itu, melalui Jurnal Ekonomi Moneter dan Keuangan Islam (JIMF), Bank Indonesia mengundang para sarjana dari seluruh dunia dengan pikiran luar biasa mereka untuk berkontribusi dalam Konferensi jurnal ini dan dalam pengembangan ekonomi nasional melalui ekonomi dan keuangan Islam sektor juga," ujarnya.

Diharapkan juga bahwa jurnal ini dapat berperan sebagai salah satu penyedia utama akses cepat ke makalah berkualitas tinggi dan platform berkelanjutan untuk berbagi studi akademisi, peneliti, dan praktisi; menyebarluaskan pengetahuan dan penelitian di berbagai bidang ekonomi Islam, moneter, dan keuangan.

Kemudian mendorong dan menumbuhkan penelitian di bidang ekonomi, moneter, dan keuangan Islam; dan menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik di bidang ekonomi Islam, moneter dan keuangan.

"Saya juga sangat yakin bahwa semua ide dan pemikiran yang disusun dalam Jurnal Ekonomi Moneter dan Keuangan Islam (JIMF) akan meningkatkan kontribusi kami dalam merumuskan kebijakan yang dapat membawa kita lebih dekat ke manfaat penuh ekonomi syariah sebagai mesin baru untuk berkelanjutan dan pertumbuhan yang inklusif," tutupnya.

Reporter: Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com

BI: Keuangan Syariah Bisa Jadi Alternatif Penguatan Ekonomi Dunia

Bank Indonesia (BI) dan Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) kembali mengadakan Indonesia Sharia Economic Festival ke-6 yang berlangsung di Jakarta pada 12-16 November 2019. Dalam rangkaian acara, turut pula diadakan International Islamic Monetary Economics And Finance Conference And Call For Papers 2019.

Pada konferensi keuangan syariah itu, Bank Indonesia dan Wakil Menteri Keuangan Malaysia kompak menyuarakan dukungan bagi ekonomi syariah. Sistem ini dipandang lebih inklusif serta mampu menjadi alternatif penguatan ekonomi di tengah dunia yang sedang penuh ketidakpastian.

"Keuangan yang berbasis syariah dapat berkontribusi dengan mempromosikan ide berbagi dan integrasi keuangan bersifat komersial dan sosial. Itu adalah faktor-faktor yang memastikan daya tahan dan inklusi ekonomi," ujar Deputi Gubernur BI Dody Waluyo, Selasa (12/11/2019) di JCC, Jakarta.

Dody pun menyebut bahwa ekonomi syariah tidak hanya cocok bagi negara-negara mayoritas Muslim saja. Ekonomi syariah pun disebut bisa menjadi sumber pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan struktur neraca transaksi berjalan.
Sumber:Liputan6.com
Share:

Recent Posts